Posted by: Muhammad Wildan | 21 February 2018

URGENSI LITERASI AGAMA

URGENSI LITERASI AGAMA
Muhammad Wildan

Beberapa waktu yang lalu di grup sosmed muncul tulisan pendek yang
menjelaskan bahwa penulisan yang benar adalah INSHA ALLAH, bukan INSYA ALLAH. INSHA ALLAH berarti jika Allah berkehendak, sedangkan INSYA ALLAH artinya mengarang Allah! Juga beredar di grup sosmed sebuah tulisan yang mengatakan bahwa penulisan nama yang benar adalah HUSNUL KHATIMAH, bukan KHUSNUL KHOTIMAH. Karena kata KHUSNUL (dengan awalan KH) itu berarti buruk. Walaupun tidak banyak yang merespon tulisan itu, namun tetap juga mengusik kegalauan beragama kita.

Sebenarnya, penulisan INSYA ALLAH dan KHUSNUL itu jugabenar. Itu tergantung pada kebiasaan sebuah masyarakat. Seorang teman juga pernah bertanya tentang nama sebuah masjid di kampungnya, yang benar AL-IHLAS, AL-IKHLAS, AL-ICHLAS, AL-ICHLASH, atau AL-IKHLÂSH untuk menuliskan kata الإخلاص. Saya katakan bahwa semuanya benar dengan asumsi bahwa pengucapan bahasa Arab (asing) itu tergantung pada lidah pengucapnya. Apalagi kalau dalam bahasa lisan bisa dengan dialek yang lebih beragam.

Jauh-jauh hari, Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak 1988 mengeluarkan SKB tentang pedoman penulisan kata-kata Arab dalam bahasa Indonesia (Transliterasi). Berdasarkan pedoman itu, huruf ح ditulis h (h dengan garis atau titik bawah), خ harus ditulis kh, sedangkan huruf mad (panjang 2 huruf) ditulis dengan â, û, î seperti contoh di bawah. Pedoman transliterasi ilmiah ini juga banyak dipakai dalam tulisan-tulisan yang bukan ilmiah, bahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Secara umum bisa dikatakan bahwa fenomena ini muncul karena “kiblat” ber-Islam bangsa Indonesia adalah Arab (Timur Tengah). Tata cara penulisan INSHA ALLAH itu juga cara penulisan di Timur Tengah. Semangat ber-Islam semacam ini cenderung berlebihan karena jangan-jangan memakai sarung dan peci bisa dianggap tidak islami karena tidak tidak ada contohnya di Arab.

Dalam istilah budaya, fenomena ini disebut sebagai kurangnya literasi agama. Di tengah semangat beragama bangsa Indonesia yang sedang membuncah, semangat untuk terlihat sempurna dalam berbagai aspek, termasuk dalam hal tulisan Arab ke Latin. Islam di Indonesia juga mempunyai karakteristik sendiri sesuai dengan tradisi lokal. Saya justru kuatir kecenderungan suka menyalahkan dalam penulisan nama atau istilah agama itu justru bagian dari ghulluw (berlebihan) dalam beragama. Rasulullah jauh-jauh hari bersabda: Lâ taghullûw fî dînikum (jangan berlebihan dalam beragama).

Seiring dengan perjalanan waktu, literasi agama bangsa Indonesia akan membaik. Literasi agama umat Islam juga akan bertambah baik yang berkaitan erat dengan kedewasaan beragama bangsa Indonesia. (Feb 2018)


Responses

  1. Reblogged this on hamzahshaddam's Blog.


Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Categories